MEDIA CERDAS MEWUJUDKAN MASYARAKAT SEJAHTERA

SMART Media

Selasa, 27 Juli 2010

DIBALIK ASAP DAN LIMBAH BATU BARA TERNYATA AKAN MENYEBABKAN 5 JENIS PENYAKIT



Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa alamiah dan dapat pula disebabkan karena ulah manusia, lewat kegiatan industri dan teknologi. Partikel yang mencemari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung pada macam dan jenis kegiatan industri dan teknologi yang ada. Mengenai macam dan jenis partikel pencemar udara serta sumber pencemarannya telah banyak

Secara umum partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan manusia. Partikel-partikel tersebut sangat merugikan kesehatan manusia. Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis.

Pada saat orang menarik nafas, udara yang mengandung partikel akan terhirup ke dalam paru-paru. Ukuran partikel (debu) yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan letak penempelan atau pengendapan partikel tersebut. Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron akan tertahan di saluran nafas bagian atas, sedangkan partikel berukuran 3 sampai 5 mikron akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah. Partikel yang berukuran lebih kecil, 1 sampai 3 mikron, akan masuk ke dalam kantung udara paru-paru, menempel pada alveoli. Partikel yang lebih kecil lagi, kurang dari 1 mikron, akan ikut keluar saat nafas dihembuskan.

Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Penyakit pnemokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu Silikosis, Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis dan Beriliosis.

1. Penyakit Silikosis

Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara bersama – sama dengan partikel lainnya, seperti debu alumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.

Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala penyakit silicosis akan segera tampak, apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak. Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ii seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati. Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung.

Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran pernapasan lainnya.

2. Penyakit Asbestosis

Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.

Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini.
3. Penyakit Bisinosis

Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.

Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.

4. Penyakit Antrakosis

Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.

Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.

Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang menyerang paru-paru.

5. Penyakit Beriliosis

Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.

Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam tersebut perlu dilaksanakan terus – menerus.

Minggu, 25 Juli 2010

MEMPERKUAT KELEMBAGAAN PETANI DI NUSA TENGGARA BARAT ( Khususnya di KABUPATEN LOMBOK TIMUR)


Kelesuan sektor pertanian merupakan konsekuensi dari ketidak konsistenan kebijakan pemerintah. Awalnya pemerintah begitu menggebu-gebu memperkuat sektor pertanian, sebagai tulang punggung pembangunan nasional. Namun sebelum sektor pertanian kuat, pemerintah berganti haluan mengejar sektor industri, selanjutnya sektor pertanian justru dikorbankan untuk kepentingan industri. Kondisi inferior ini membuat sektor pertanian tidak memiliki daya tarik. Akibatnya terjadi fenomena gerontokrasi pertanian, artinya kaum tua yang tak lagi termasuk kategori usia produktif mendominasi komposisi tenaga kerja sektor pertanian. Generasi mudanya lebih suka berburu kayu atau rotan di hutan, atau pergi ke kota.

Dalam kondisi seperti ini, bagaimana pertanian dapat menjadi alternatif mata pencaharian bagi masyarakat di sekitar hutan yang selama ini menggantungkan hidupnya dengan menebang kayu atau mengambil rotan?
Dengan semakin tipisnya pilihan mata pencaharian di sekitar hutan, jenis pertanian apa yang layak dikembangkan di Nusa Tenggara Barat, (khususnya Kabupaten Lombok Timur) bagaimana strategi memperkuat sektor pertanian di desa? Mampukah pertanian sebagai sumber mata pencaharian yang lestari (sustainable livelihoods)?

Paradoks Produktifitas

Harga produk pertanian langsung anjlok saat produksi melimpah, celakanya pada saat harga mulai naik, produk pertanian sudah tidak berada di tangan petani, melainkan sudah di gudang- gudang pedagang perantara. Kerja keras petani untuk menggenjot kenaikan produksi, karena itu, sering tidak berdampak pada peningkatan pendapatan, bahkan pada banyak kasus harga justru jeblok saat produks melimpah. Fenoma ini sering disebut sebagai paradoks produktifitas (productivity paradoc). Berbeda dengan sektor industri, harga sepeda motor Honda misalnya tidak pernah turun, walau terus membanjiri pasaran.

Pertanyaannya, mengapa petani yang merupakan inti dari proses produksi
justru tidak mampu menjadi penikmat utama? Salah satu sebabnya, pembangunan pertanian selama ini hanya menekankan pada proses berproduksi. Pemerintah seakan sudah puas saat petani dapat menanam dan memanen, tanpa mempedulikan bagaimana petani memasarkan. Padahal, berapun
besarnya produksi pertanian per satuan luas, apabila tidak dapat dijual dengan
harga pasar yang layak, adalah sebuah bencana. Dengan demikian, pembangunan pertanian yang berpihak kepada petani, tidak cukup hanya memperhatikan proses produksi, namun juga harus mencakup pengolahan dan pemasaran hasil. Sayangnya, sampai saat ini tidak ada satupun lembaga pemerintah yang memberikan fasilitasi petani dibidang pengolahan dan pemasaran hasil. Memperhatikan karakter tata niaga pertanian sebagaimana tergambar, sudah saatnya pemerintah memperhatikan penguatan kelembagaan petani di tataran grass-root.

Peran Asosiasi Petani

Memperhatikan lesunya sektor pertanian, khususnya komoditas tanaman pangan, pengembangan pertanian di Nusa Tenggara Barat (khususnya Kabupaten Lombok Timur) perlu memberikan tekanan pada jenis tanaman industri seperti Tembakau Virginia, mete, Kakao, kopi, kemiri, dan lain-lainnya. Produk-produk ini apabila dikembangkan dengan serius diyakini mampu menjadi sumber mata pencaharian yang lestari. Untuk menjamin bahwa kegiatan produksi menguntungkan petani, dibutuhkan lembaga petani yang secara khusus berperan untuk membantu kegiatan pemasaran dan penciptaan nilai tambah produk pertanian, lembaga tersebut dapat berbentuk asosiasi petani sejenis, misalnya asosiasi petani jahe, asosiasi petani kacang mete dan sebagainya.
Gambaran terhadap peran asosiasi dijelaskan dalam uraian di bawah ini.

Memperkuat posisi tawar petani

Asosiasi dengan atas nama petani memiliki posisi yang sejajar dengan pelaku ekonomi lainnya. Kekuatan yang dimiliki asosisi petani akan merubah sudut pandang pengusaha, petani dianggap sebagai mitra usaha yang memiliki peran penting sebagai pemasok bahan baku ke perusahaan, sehingga pengusaha akan menjaga hubungan baik ini demi kontinyuitas pasokan bahan baku perusahaannya.
Sebagai negara agraris, selayaknya penduduk Indonesia didominasi oleh petani maju. Berbagai jenis lembaga pemerintah yang ditujukan untuk membantu petani, seperti balai perbenihan, balai penyuluhan pertanian, seharusnya ramai dikunjungi petani. Namun kenyataannya, sebagian besar petani negeri ini adalah petani miskin. Lembaga pemerintah yang memiliki tugas membantu petani, seperti balai perbeníhan, penyuluhan pertanian terkesan senyap, kantornya kusam, kebun percobaannya banyak terbengkalai dan jarang dikunjungi petani.

Meningkatkan Nilai Tambah

Petani cenderung menjual hasilnya dalam bentuk bahan mentah. Hal ini dilakukan karena kurangnya keterampilan, kurangnya modal usaha dan lemahnya jaringan pemasaran. Asosiasi berperan sebagai pelopor pengembangan usaha dibidang pertaniaan, dengan mengadakan diversifikasi usaha yang menghasilkan produk lanjutan, yaitu dari produk pertanian menjadi produk olahan (makanan,minuman atau perhiasan). Hal ini dilakukan melalui pembentukan industri rumahan (Home Industri). Pada saat panen petani tidak akan menjual keseluruhan hasilnya, tetapi menyisakan sebagaian untuk digunakan sebagai bahan baku industry rumahan.

Membuka Akses Terhadap Kredit Perbankan

Selama ini petani cenderung enggan berhubungan dengan bank, baik karena ketidak tahuan maupun ketidakmampuan memenuhi persyaratan administrasi. Asosiasi sebagai lembaga yang berbadan hukum diharapkan mampu membangun akses kredit bank. Dunia perbankan memegang prinsip kehati-hatian (prudencial banking), sehingga dalam mengucurkan suatu kredit selalu diperhatiakan 5 C (Colateral, Capital, Capasity, Capability dan Character) yang sepertinya syarat tersebut seakan-akan dibuat bukan untuk dijangkau oleh petani kecil (smallholder farmers), namun melalui suatu asosiasi maka syarat tersebut memungkinkan untuk dipenuhi. Sebagai “pintu masuk” bagi skema bantuan pemerintah Proyek pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah sering tidak sesuai dengan tujuan awal, misalnya pemberian modal usaha secara individual, karena didistribusikan kepada
banyak orang maka masing-masing orang menerima dalam jumlah kecil sehingga
tidak cukup untuk dijadikan modal kerja atau modal usaha, sebaliknya justru digunakan untuk keperluan konsumtif, sehingga penerima bantuan tidak mampu mengembalikan perguliran dana. Bila dana bantuan tunai diserahkan kepada asosiasi, dana yang diterima tentunya akan lebih besar (akumulasi dari bantuan dana secara individual) sehingga kelompok penerima bantuan ini akan lebih leluasa menginvestasikan ke dalam bisnis tertentu sebagai usaha bersama. Asosiasi diharapkan mampu berperan sebagai (sub) kontraktor proyek pemerintah di pedesaan, misalnya proyek bantuan rakit apung untuk nelayan kerang mutiara di teluk Ekas (Kabupaten Lombok Timur), pembuatan rakit apung dapat dikontrakan kepada asosiasi nelayan yang notabene sebelumnya dikontrakan ke pengusaha. Dengan demikian dana bantuan pemerintah dapat diserap secara keseluruhan oleh masyarakat dan yang paling penting adalah menimbulkan rasa percaya diri bahwa sebenarnya masyarakat mampu berbuat, menghilangkan mitos masyarakat kecil tidak berdaya.

Katalisator pemicu perbaikan tata niaga produk pertanian Dalam perdagangan produk pertanian tidak pernah memperhatikan kepentingan petani sebagai produsen, hal ini terjadi karena panjangnya rantai distribusi pemasaran produk pertanian. Pemasaran dikuasasi oleh agen distributor, pengusaha dan pedagang.
Asosiasi dapat berperan sebagai katalisator untuk mencuatkan epentingan petani dalam perdagangan produk pertanian, bahkan tidak menutup kemungkinan asosiasi berperan sebagai kepanjangan tangan dari kelompok petani untuk memasarkan produk pertanian langsung kepada konsumen akhir (end user) yang dapat berupa industri (pabrik) dalam partai besar atau pemasaran retail kepada masyarakat.

Penutup

Memperhatikan pentingnya peran asosiasi petani, saatnya pemerintah bersama LSM dapat mengambil peran untuk melakukan fasilitasi pembentukan asosiasi di desa-desa sekitar hutan. Kehadiran lembaga pertanian yang kuat, semacam asosiasi ini, diharapkan mampu membuat masyarakat sekitar hutan yang selama ini menggantungkan hidupnya dari kegiatan ekstraktif, berubah menjadi produktif, sedemikian rupa sehingga selain ekonomi petani dapat dibangkitkan, pada gilirannya kelestarian hutanpun dapat dipertahankan, masyarakat berdaya, hutan terjaga!.

Sabtu, 17 Juli 2010

"MOLANG MALIQ" Sanggar Muda Aspirasi Rakyat Tani

Sanggar Muda Aspirasi Rakyat Tani (SMART) oleh pendirinya diilhami sebagai media dan lembaga aspirasi untuk terwujudnya pembangunan sumberdaya pertanian yang berkelanjutan, mandiri dan lestari.

Lembaga ini lahir atas dasar kepedulian dan kesadaran melihat tantangan yang dihadapi masyarakat tani kedepannya semakin berat. Sehingga untuk mengawali misi tersebut, beberapa anak muda dalam sebuah diskusi beberapa waktu lalu akhirnya mencetuskan tekad membentuk sebuah wadah untuk menampung aspirasi yang selanjutnya mencari solusi terbaik dalam pemecahan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat tani.

SMART lahir dan dibidani oleh pendirinya terinspirasi dari kondisi dunia usaha pertanian secara global, khususnya pembangunan sumberdaya pertanian di Kabupaten Lombok Timur, NTB. Melihat kondisi yang diperburuk dengan iklim/cuaca yang tidak menentu, diimbangi kondisi sulit yang dihadapi oleh para petani saat ini. Maka dipandang perlu adanya stakeholder (parapihak) yang berperan aktif terlibat untuk mengkaji persoalan-persoalan tersebut untuk menemukan solusi terbaik.
Dengan menggandeng parapihak yang terkait dan berkepentingan dalam hal ini seperti LSM, NGO dan Organisasi Massa (Gabungan Kelompok Tani) serta lembaga-lembaga pemerhati lingkungan hidup, maka SMART adalah salah satu unsur dibarisan terdepan untuk mendampingi dan memfasilitasi masyarakat tani dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dengan didukung dengan sumberdaya yang ada.

Sumberdaya SMART adalah kumpulan orang-orang yang kompeten dalam bidangnya masing-masing. Inilah yang akan menjadi ujung tombak dalam menjalankan visi dan misi Lembaga SMART seperti yang tertuang dalam Anggaran Dasar dan Anggara Rumah Tangga lembaga.
SMART dalam aktivitasnya mendampingi dan memfasilitasi masyarakat tani dalam memperjuangkan hak-hak mereka untuk menghadapi tantangan dan menyelesaikan permasalahan usahatani kedepannya. Adapun SDM SMART dalam menjalankan visi dan misinya telah mengundang para trainer dan fasilitator yang memiliki kemampuan dibidangnya. Berikut profil SDM SMART adalah:

Ahmad Zuhri; Sekjen STN berbekal pengalaman pelatihan dan training dibeberapa daerah seperti Bandung, Garut Jawa Barat (Incumbent Tekstil Kulit), Mataram (Batik Sasambo) dengan bidang keahlian Incubator Bussines Plan.

Ahmad Syiaruddin; Staff Lembaga TRANSFORM (Training and Facilitation For Natural Resources Management) telah melakukan pendampingan masyarakat Pengelola Hutan Kemasyarakatan (HKm) empat Desa di Batukliang Utara-Lombok Tengah dan saat ini melakukan pendampingan pada Forum Kawasan Hutan Lindung Sesaot dalam Proyek Update Informasi DAS Jangkok (Proyek SCBFWM).

Rizal Hasbi; Marketing Eksclusive B-Broun dengan bidang keahlian manajemen pemasaran dan jaringan.

Fathurrahman; Dsainer CC-Media, bidang keahlian dsainer web dan jaringan.

Salahuddin; Staff Lapangan PT. IDS, bidang keahlian Penyuluhan Pertanian.

Ayo Bergabung !

Kamis, 01 Juli 2010

JERAMI PERMENTASI sebagai PUPUK ALTERNATIF

Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan. Produksi jerami padi bervariasi yaitu dapat mencapai 12-1 5 ton per hektar satu kali panen, atau 4-5 ton bahan kering tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan.
Berbagai upaya boleh dilakukan untuk meningkatkan kualitas jerami padi, baik dengan cara fisik, kimia maupun biologis. Tetapi cara-cara tersebut biasanya disamping mahal, juga hasilnya kurang memuaskan. Dengan cara fisik misalnya, memerlukan investasi yang mahal; secara kimiawi meninggalkan residu yang mempunyai efek buruk sedangkan dengan cara biologis memerlukan peralatan yang mahal dan hasilnya kurang disukai ternak (ban amonia yang menyengat).
Cara baru yang relatif murah, praktis dan hasilnya sangat disukai ternak adalah fermentasi dengan menambahkan bahan mengandung mikroba proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik (contohnya: starbio, starbioplus, EM-4 dan lain-lain).
1. Bahan.
- Jerami : 1 ton
- Urea : 6 kg
- Starbio atau bahan sejenis : 6 kg
- Air : Secukupnya
2. Tempat
Ada naungan/atap terhindar dari hujan dan sinar matahari langsung.
3. Cara Pembuatan
- Jerami kering panen dilayukan selama ± 1 hari untuk mendapatkan kadar air mendekati 60%, dengan tanda-tanda jerami kita remas, apabila air tidak menetes tetapi tangan kita basah berarti kadar air mendekati 60%.
- Jerami yang sudah dilayukan tersebut dipindahkan ke tempat pembuatan dengan cara ditumpuk setebal 20-30 con (boleh diinjak-injak) kemudian ditaburkan urea, bahan pemacu mikroorganisme (starbio atau bahan sejenis) dan air secukupnya kemudian ditumpuk lagi jerami seperti cara di atas sehingga mencapai ketinggian ± 1,5 m.
- Tumpukan jerami dibiarkan selama 21 hari (tidak perlu dibolak-balik).
- Setelah 21 hari tumpukan jerami dibongkar lalu diangin-anginkan atau dikeringkan.
- Jerami siap diberikan pada ternak atau kita stok dengan digulung, dibok dan disimpan dalam gudang
- Tahan disimpan selama ± 1 tahun

4. Catatan
Dalam membuat jerami fermentasi tidak perlu ditutup. Apabila membuat jerami fermentasi dalam jumlah sedikit tumpukan jerami bisa ditutup dengan sehelai karung goni.
Selain jerami, bahan lain yang bisa di fermentasi untuk makanan ternak antara lain: alang-alang, pucuk tebu dll. Alang-alang dibuat fermentasi dengan dilayukan terlebih dahulu dan harus dipotong-potong antara 5-10 cm (bahan sama yaitu starbio dan urea).
Fungsi urea pada proses pembuatan fermentasi adalah sebagai pensuplai NH , ini digunakan sebagai sumber energi bagi mikrobia dalam poses fermentasi. Jadi disini urea tidak sebagai penambah nutrisi pakan. Bisa juga dikatakan sebagai katalisator dalam proses fermentasi.
5. Perbedaan Amoniasi dan fermentasi
Amoniasi:
Yaitu suatu poses perombakan dari struktur keras menjadi struktur lunak (hanya struktur fisiknya) dan penambahan unsur N saja.
Fermentasi:
Yaitu proses perombakan dari struktur keras secara fisik, kimia dan biologis sehingga bahan dari struktur yang komplek menjadi sederhana, sehingga daya cerna ternak menjadi Iebih efisien.