MEDIA CERDAS MEWUJUDKAN MASYARAKAT SEJAHTERA

SMART Media

Selasa, 27 Juli 2010

DIBALIK ASAP DAN LIMBAH BATU BARA TERNYATA AKAN MENYEBABKAN 5 JENIS PENYAKIT



Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa alamiah dan dapat pula disebabkan karena ulah manusia, lewat kegiatan industri dan teknologi. Partikel yang mencemari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung pada macam dan jenis kegiatan industri dan teknologi yang ada. Mengenai macam dan jenis partikel pencemar udara serta sumber pencemarannya telah banyak

Secara umum partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan manusia. Partikel-partikel tersebut sangat merugikan kesehatan manusia. Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis.

Pada saat orang menarik nafas, udara yang mengandung partikel akan terhirup ke dalam paru-paru. Ukuran partikel (debu) yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan letak penempelan atau pengendapan partikel tersebut. Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron akan tertahan di saluran nafas bagian atas, sedangkan partikel berukuran 3 sampai 5 mikron akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah. Partikel yang berukuran lebih kecil, 1 sampai 3 mikron, akan masuk ke dalam kantung udara paru-paru, menempel pada alveoli. Partikel yang lebih kecil lagi, kurang dari 1 mikron, akan ikut keluar saat nafas dihembuskan.

Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Penyakit pnemokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu Silikosis, Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis dan Beriliosis.

1. Penyakit Silikosis

Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara bersama – sama dengan partikel lainnya, seperti debu alumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.

Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala penyakit silicosis akan segera tampak, apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak. Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ii seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati. Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung.

Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran pernapasan lainnya.

2. Penyakit Asbestosis

Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.

Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini.
3. Penyakit Bisinosis

Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.

Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.

4. Penyakit Antrakosis

Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.

Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.

Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang menyerang paru-paru.

5. Penyakit Beriliosis

Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.

Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam tersebut perlu dilaksanakan terus – menerus.

Minggu, 25 Juli 2010

MEMPERKUAT KELEMBAGAAN PETANI DI NUSA TENGGARA BARAT ( Khususnya di KABUPATEN LOMBOK TIMUR)


Kelesuan sektor pertanian merupakan konsekuensi dari ketidak konsistenan kebijakan pemerintah. Awalnya pemerintah begitu menggebu-gebu memperkuat sektor pertanian, sebagai tulang punggung pembangunan nasional. Namun sebelum sektor pertanian kuat, pemerintah berganti haluan mengejar sektor industri, selanjutnya sektor pertanian justru dikorbankan untuk kepentingan industri. Kondisi inferior ini membuat sektor pertanian tidak memiliki daya tarik. Akibatnya terjadi fenomena gerontokrasi pertanian, artinya kaum tua yang tak lagi termasuk kategori usia produktif mendominasi komposisi tenaga kerja sektor pertanian. Generasi mudanya lebih suka berburu kayu atau rotan di hutan, atau pergi ke kota.

Dalam kondisi seperti ini, bagaimana pertanian dapat menjadi alternatif mata pencaharian bagi masyarakat di sekitar hutan yang selama ini menggantungkan hidupnya dengan menebang kayu atau mengambil rotan?
Dengan semakin tipisnya pilihan mata pencaharian di sekitar hutan, jenis pertanian apa yang layak dikembangkan di Nusa Tenggara Barat, (khususnya Kabupaten Lombok Timur) bagaimana strategi memperkuat sektor pertanian di desa? Mampukah pertanian sebagai sumber mata pencaharian yang lestari (sustainable livelihoods)?

Paradoks Produktifitas

Harga produk pertanian langsung anjlok saat produksi melimpah, celakanya pada saat harga mulai naik, produk pertanian sudah tidak berada di tangan petani, melainkan sudah di gudang- gudang pedagang perantara. Kerja keras petani untuk menggenjot kenaikan produksi, karena itu, sering tidak berdampak pada peningkatan pendapatan, bahkan pada banyak kasus harga justru jeblok saat produks melimpah. Fenoma ini sering disebut sebagai paradoks produktifitas (productivity paradoc). Berbeda dengan sektor industri, harga sepeda motor Honda misalnya tidak pernah turun, walau terus membanjiri pasaran.

Pertanyaannya, mengapa petani yang merupakan inti dari proses produksi
justru tidak mampu menjadi penikmat utama? Salah satu sebabnya, pembangunan pertanian selama ini hanya menekankan pada proses berproduksi. Pemerintah seakan sudah puas saat petani dapat menanam dan memanen, tanpa mempedulikan bagaimana petani memasarkan. Padahal, berapun
besarnya produksi pertanian per satuan luas, apabila tidak dapat dijual dengan
harga pasar yang layak, adalah sebuah bencana. Dengan demikian, pembangunan pertanian yang berpihak kepada petani, tidak cukup hanya memperhatikan proses produksi, namun juga harus mencakup pengolahan dan pemasaran hasil. Sayangnya, sampai saat ini tidak ada satupun lembaga pemerintah yang memberikan fasilitasi petani dibidang pengolahan dan pemasaran hasil. Memperhatikan karakter tata niaga pertanian sebagaimana tergambar, sudah saatnya pemerintah memperhatikan penguatan kelembagaan petani di tataran grass-root.

Peran Asosiasi Petani

Memperhatikan lesunya sektor pertanian, khususnya komoditas tanaman pangan, pengembangan pertanian di Nusa Tenggara Barat (khususnya Kabupaten Lombok Timur) perlu memberikan tekanan pada jenis tanaman industri seperti Tembakau Virginia, mete, Kakao, kopi, kemiri, dan lain-lainnya. Produk-produk ini apabila dikembangkan dengan serius diyakini mampu menjadi sumber mata pencaharian yang lestari. Untuk menjamin bahwa kegiatan produksi menguntungkan petani, dibutuhkan lembaga petani yang secara khusus berperan untuk membantu kegiatan pemasaran dan penciptaan nilai tambah produk pertanian, lembaga tersebut dapat berbentuk asosiasi petani sejenis, misalnya asosiasi petani jahe, asosiasi petani kacang mete dan sebagainya.
Gambaran terhadap peran asosiasi dijelaskan dalam uraian di bawah ini.

Memperkuat posisi tawar petani

Asosiasi dengan atas nama petani memiliki posisi yang sejajar dengan pelaku ekonomi lainnya. Kekuatan yang dimiliki asosisi petani akan merubah sudut pandang pengusaha, petani dianggap sebagai mitra usaha yang memiliki peran penting sebagai pemasok bahan baku ke perusahaan, sehingga pengusaha akan menjaga hubungan baik ini demi kontinyuitas pasokan bahan baku perusahaannya.
Sebagai negara agraris, selayaknya penduduk Indonesia didominasi oleh petani maju. Berbagai jenis lembaga pemerintah yang ditujukan untuk membantu petani, seperti balai perbenihan, balai penyuluhan pertanian, seharusnya ramai dikunjungi petani. Namun kenyataannya, sebagian besar petani negeri ini adalah petani miskin. Lembaga pemerintah yang memiliki tugas membantu petani, seperti balai perbeníhan, penyuluhan pertanian terkesan senyap, kantornya kusam, kebun percobaannya banyak terbengkalai dan jarang dikunjungi petani.

Meningkatkan Nilai Tambah

Petani cenderung menjual hasilnya dalam bentuk bahan mentah. Hal ini dilakukan karena kurangnya keterampilan, kurangnya modal usaha dan lemahnya jaringan pemasaran. Asosiasi berperan sebagai pelopor pengembangan usaha dibidang pertaniaan, dengan mengadakan diversifikasi usaha yang menghasilkan produk lanjutan, yaitu dari produk pertanian menjadi produk olahan (makanan,minuman atau perhiasan). Hal ini dilakukan melalui pembentukan industri rumahan (Home Industri). Pada saat panen petani tidak akan menjual keseluruhan hasilnya, tetapi menyisakan sebagaian untuk digunakan sebagai bahan baku industry rumahan.

Membuka Akses Terhadap Kredit Perbankan

Selama ini petani cenderung enggan berhubungan dengan bank, baik karena ketidak tahuan maupun ketidakmampuan memenuhi persyaratan administrasi. Asosiasi sebagai lembaga yang berbadan hukum diharapkan mampu membangun akses kredit bank. Dunia perbankan memegang prinsip kehati-hatian (prudencial banking), sehingga dalam mengucurkan suatu kredit selalu diperhatiakan 5 C (Colateral, Capital, Capasity, Capability dan Character) yang sepertinya syarat tersebut seakan-akan dibuat bukan untuk dijangkau oleh petani kecil (smallholder farmers), namun melalui suatu asosiasi maka syarat tersebut memungkinkan untuk dipenuhi. Sebagai “pintu masuk” bagi skema bantuan pemerintah Proyek pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah sering tidak sesuai dengan tujuan awal, misalnya pemberian modal usaha secara individual, karena didistribusikan kepada
banyak orang maka masing-masing orang menerima dalam jumlah kecil sehingga
tidak cukup untuk dijadikan modal kerja atau modal usaha, sebaliknya justru digunakan untuk keperluan konsumtif, sehingga penerima bantuan tidak mampu mengembalikan perguliran dana. Bila dana bantuan tunai diserahkan kepada asosiasi, dana yang diterima tentunya akan lebih besar (akumulasi dari bantuan dana secara individual) sehingga kelompok penerima bantuan ini akan lebih leluasa menginvestasikan ke dalam bisnis tertentu sebagai usaha bersama. Asosiasi diharapkan mampu berperan sebagai (sub) kontraktor proyek pemerintah di pedesaan, misalnya proyek bantuan rakit apung untuk nelayan kerang mutiara di teluk Ekas (Kabupaten Lombok Timur), pembuatan rakit apung dapat dikontrakan kepada asosiasi nelayan yang notabene sebelumnya dikontrakan ke pengusaha. Dengan demikian dana bantuan pemerintah dapat diserap secara keseluruhan oleh masyarakat dan yang paling penting adalah menimbulkan rasa percaya diri bahwa sebenarnya masyarakat mampu berbuat, menghilangkan mitos masyarakat kecil tidak berdaya.

Katalisator pemicu perbaikan tata niaga produk pertanian Dalam perdagangan produk pertanian tidak pernah memperhatikan kepentingan petani sebagai produsen, hal ini terjadi karena panjangnya rantai distribusi pemasaran produk pertanian. Pemasaran dikuasasi oleh agen distributor, pengusaha dan pedagang.
Asosiasi dapat berperan sebagai katalisator untuk mencuatkan epentingan petani dalam perdagangan produk pertanian, bahkan tidak menutup kemungkinan asosiasi berperan sebagai kepanjangan tangan dari kelompok petani untuk memasarkan produk pertanian langsung kepada konsumen akhir (end user) yang dapat berupa industri (pabrik) dalam partai besar atau pemasaran retail kepada masyarakat.

Penutup

Memperhatikan pentingnya peran asosiasi petani, saatnya pemerintah bersama LSM dapat mengambil peran untuk melakukan fasilitasi pembentukan asosiasi di desa-desa sekitar hutan. Kehadiran lembaga pertanian yang kuat, semacam asosiasi ini, diharapkan mampu membuat masyarakat sekitar hutan yang selama ini menggantungkan hidupnya dari kegiatan ekstraktif, berubah menjadi produktif, sedemikian rupa sehingga selain ekonomi petani dapat dibangkitkan, pada gilirannya kelestarian hutanpun dapat dipertahankan, masyarakat berdaya, hutan terjaga!.

Sabtu, 17 Juli 2010

"MOLANG MALIQ" Sanggar Muda Aspirasi Rakyat Tani

Sanggar Muda Aspirasi Rakyat Tani (SMART) oleh pendirinya diilhami sebagai media dan lembaga aspirasi untuk terwujudnya pembangunan sumberdaya pertanian yang berkelanjutan, mandiri dan lestari.

Lembaga ini lahir atas dasar kepedulian dan kesadaran melihat tantangan yang dihadapi masyarakat tani kedepannya semakin berat. Sehingga untuk mengawali misi tersebut, beberapa anak muda dalam sebuah diskusi beberapa waktu lalu akhirnya mencetuskan tekad membentuk sebuah wadah untuk menampung aspirasi yang selanjutnya mencari solusi terbaik dalam pemecahan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat tani.

SMART lahir dan dibidani oleh pendirinya terinspirasi dari kondisi dunia usaha pertanian secara global, khususnya pembangunan sumberdaya pertanian di Kabupaten Lombok Timur, NTB. Melihat kondisi yang diperburuk dengan iklim/cuaca yang tidak menentu, diimbangi kondisi sulit yang dihadapi oleh para petani saat ini. Maka dipandang perlu adanya stakeholder (parapihak) yang berperan aktif terlibat untuk mengkaji persoalan-persoalan tersebut untuk menemukan solusi terbaik.
Dengan menggandeng parapihak yang terkait dan berkepentingan dalam hal ini seperti LSM, NGO dan Organisasi Massa (Gabungan Kelompok Tani) serta lembaga-lembaga pemerhati lingkungan hidup, maka SMART adalah salah satu unsur dibarisan terdepan untuk mendampingi dan memfasilitasi masyarakat tani dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dengan didukung dengan sumberdaya yang ada.

Sumberdaya SMART adalah kumpulan orang-orang yang kompeten dalam bidangnya masing-masing. Inilah yang akan menjadi ujung tombak dalam menjalankan visi dan misi Lembaga SMART seperti yang tertuang dalam Anggaran Dasar dan Anggara Rumah Tangga lembaga.
SMART dalam aktivitasnya mendampingi dan memfasilitasi masyarakat tani dalam memperjuangkan hak-hak mereka untuk menghadapi tantangan dan menyelesaikan permasalahan usahatani kedepannya. Adapun SDM SMART dalam menjalankan visi dan misinya telah mengundang para trainer dan fasilitator yang memiliki kemampuan dibidangnya. Berikut profil SDM SMART adalah:

Ahmad Zuhri; Sekjen STN berbekal pengalaman pelatihan dan training dibeberapa daerah seperti Bandung, Garut Jawa Barat (Incumbent Tekstil Kulit), Mataram (Batik Sasambo) dengan bidang keahlian Incubator Bussines Plan.

Ahmad Syiaruddin; Staff Lembaga TRANSFORM (Training and Facilitation For Natural Resources Management) telah melakukan pendampingan masyarakat Pengelola Hutan Kemasyarakatan (HKm) empat Desa di Batukliang Utara-Lombok Tengah dan saat ini melakukan pendampingan pada Forum Kawasan Hutan Lindung Sesaot dalam Proyek Update Informasi DAS Jangkok (Proyek SCBFWM).

Rizal Hasbi; Marketing Eksclusive B-Broun dengan bidang keahlian manajemen pemasaran dan jaringan.

Fathurrahman; Dsainer CC-Media, bidang keahlian dsainer web dan jaringan.

Salahuddin; Staff Lapangan PT. IDS, bidang keahlian Penyuluhan Pertanian.

Ayo Bergabung !

Kamis, 01 Juli 2010

JERAMI PERMENTASI sebagai PUPUK ALTERNATIF

Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan. Produksi jerami padi bervariasi yaitu dapat mencapai 12-1 5 ton per hektar satu kali panen, atau 4-5 ton bahan kering tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan.
Berbagai upaya boleh dilakukan untuk meningkatkan kualitas jerami padi, baik dengan cara fisik, kimia maupun biologis. Tetapi cara-cara tersebut biasanya disamping mahal, juga hasilnya kurang memuaskan. Dengan cara fisik misalnya, memerlukan investasi yang mahal; secara kimiawi meninggalkan residu yang mempunyai efek buruk sedangkan dengan cara biologis memerlukan peralatan yang mahal dan hasilnya kurang disukai ternak (ban amonia yang menyengat).
Cara baru yang relatif murah, praktis dan hasilnya sangat disukai ternak adalah fermentasi dengan menambahkan bahan mengandung mikroba proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik (contohnya: starbio, starbioplus, EM-4 dan lain-lain).
1. Bahan.
- Jerami : 1 ton
- Urea : 6 kg
- Starbio atau bahan sejenis : 6 kg
- Air : Secukupnya
2. Tempat
Ada naungan/atap terhindar dari hujan dan sinar matahari langsung.
3. Cara Pembuatan
- Jerami kering panen dilayukan selama ± 1 hari untuk mendapatkan kadar air mendekati 60%, dengan tanda-tanda jerami kita remas, apabila air tidak menetes tetapi tangan kita basah berarti kadar air mendekati 60%.
- Jerami yang sudah dilayukan tersebut dipindahkan ke tempat pembuatan dengan cara ditumpuk setebal 20-30 con (boleh diinjak-injak) kemudian ditaburkan urea, bahan pemacu mikroorganisme (starbio atau bahan sejenis) dan air secukupnya kemudian ditumpuk lagi jerami seperti cara di atas sehingga mencapai ketinggian ± 1,5 m.
- Tumpukan jerami dibiarkan selama 21 hari (tidak perlu dibolak-balik).
- Setelah 21 hari tumpukan jerami dibongkar lalu diangin-anginkan atau dikeringkan.
- Jerami siap diberikan pada ternak atau kita stok dengan digulung, dibok dan disimpan dalam gudang
- Tahan disimpan selama ± 1 tahun

4. Catatan
Dalam membuat jerami fermentasi tidak perlu ditutup. Apabila membuat jerami fermentasi dalam jumlah sedikit tumpukan jerami bisa ditutup dengan sehelai karung goni.
Selain jerami, bahan lain yang bisa di fermentasi untuk makanan ternak antara lain: alang-alang, pucuk tebu dll. Alang-alang dibuat fermentasi dengan dilayukan terlebih dahulu dan harus dipotong-potong antara 5-10 cm (bahan sama yaitu starbio dan urea).
Fungsi urea pada proses pembuatan fermentasi adalah sebagai pensuplai NH , ini digunakan sebagai sumber energi bagi mikrobia dalam poses fermentasi. Jadi disini urea tidak sebagai penambah nutrisi pakan. Bisa juga dikatakan sebagai katalisator dalam proses fermentasi.
5. Perbedaan Amoniasi dan fermentasi
Amoniasi:
Yaitu suatu poses perombakan dari struktur keras menjadi struktur lunak (hanya struktur fisiknya) dan penambahan unsur N saja.
Fermentasi:
Yaitu proses perombakan dari struktur keras secara fisik, kimia dan biologis sehingga bahan dari struktur yang komplek menjadi sederhana, sehingga daya cerna ternak menjadi Iebih efisien.

Senin, 21 Juni 2010

Ahmad Syiaruddin; GAMBARAN UMUM HKm BATUKLIANG UTARA, LOMBOK TENGAH, NTB

(1). PROFIL HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) DESA LANTAN KECAMATAN BATUKLIANG UTARA KABUPATEN LOMBOK TENGAH-NTB

Berdasarkan administrative kewilayahan, Desa Lantan masuk dalam wilayah Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah. Desa Lantan merupakan desa dengan tipologi “desa sekitar hutan”, hal ini mengindikasikan bahwa ; (1) luas keseluruhan wilayah administrative Desa Lantan didominasi oleh kawasan hutan, dan (2) tingkat ketergantungan serta interaksi masyarakatnya terhadap hutan cukup tinggi. Adapun luas kawasan hutan di wilayah Desa Lantan mencapai 7.688,37 ha terdiri dari hutan lindung seluas 7.252,37 ha, hutan produksi 276 ha dan hutan konservasi seluas 160 ha.
Secara umum, tanah di wilayah DAS Dodokan sebagian besar bahan maupun sifat-sifatnya dipengaruhi oleh aktivitas Gunung Rinjani. Hasil letusan Gunung Rinjani terbagi dalam dua golongan besar yaitu berupa bahan halus (lapili) dan bahan kasar (bom). Sifat kemasaman kedua bahan tersebut intermedier hingga basa.

Adapun jenis tanah di wilayah HKm Lantan seluas 349 ha yang berada di wilayah DAS Dodokan, didominasi secara berurutan yaitu; (1) Mediteran Coklat Kemerahan seluas 273 ha dan (2) Mediteran Coklat seluas 76 ha.

Kondisi biofisik HKm Lantan secara umum memiliki topografi yang beragam mulai dari agak curam sampai dengan curam. Keadaan topografi ini lebih dipengaruhi oleh pengaruh Gunung Rinjani.
Kondisi penutupan lahan di lokasi HKm Desa Lantan Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah seluas 349 ha yang berada di Kawasan Hutan Lindung Rinjani RTK - 1 masuk dalam kategori jenis penutupan lahannya adalah hutan lahan kering sekunder.

Masyarakat yang mendiami Desa Lantan berdasarkan data Profil Desa Lantan Tahun 2007 berjumlah 5.036 jiwa atau 1.870 KK, dari jumlah tersebut kaum perempuan di Desa Lantan jumlahnya 2.610 jiwa bandingkan dengan kaum laki-laki sebanyak 2.426 jiwa. Hal ini menunjukkan jumlah kaum perempuan di Desa Lantan lebih banyak daripada kaum laki-laki dengan perbandingan sex ratio 1 : 1,08. Berdasarkan pengelompokkan kelas umur, jumlah penduduk Desa Lantan yang berumur antara 15 - 55 tahun merupakan kelompok terbanyak yaitu 3.942 jiwa yang artinya 78,28% penduduk Desa Lantan sedang berada pada usia produktif kemudian diikuti sebanyak 812 jiwa (16,12%) berada pada kelompok umur < 15 tahun dan terakhir sebanyak 282 jiwa (5,6%) berada pada kelompok umur > 55 tahun. Melihat proporsi seperti ini, dapat dikatakan bahwa komposisi penduduk seperti ini merupakan beban pembangunan yang relative berat, antara lain dalam hal pendidikan dan penyediaan lapangan kerja. Sedikitnya proporsi penduduk yang cukup berumur juga dapat menjadi indikasi atas rendahnya harapan hidup masyarakat Desa Lantan.

Sebagian besar penduduk Desa Lantan bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani. Selain itu, penduduk Desa Lantan juga ada yang menjadi pedagang, pengrajin dan pegawai negeri.

Kondisi dan keberadaan sarana prasarana ekonomi di Desa Lantan masih dapat dikatakan minim. Hal tersebut dapat dimaklumi mengingat Desa Lantan yang merupakan desa pinggiran hutan yang identik jauh dari pusat pemerintahan sehingga kegiatan pembangunan terutama di sektor ekonomi agak tertinggal dibandingkan dengan desa-desa yang jaraknya relatif dekat dengan pusat pemerintahan. Sebagai gambaran, sampai dengan saat ini Desa Lantan belum memiliki pasar tradisional dan juga keberadaan bank yang sebenarnya kedua sarana prasarana ekonomi ini memiliki andil yang sangat besar dalam menggeliatkan aktivitas ekonomi di wilayah pedesaan. Adapun sarana prasarana ekonomi yang ada di Desa Lantan, antara lain ; koperasi sebanyak 2 yaitu KSU Mele Maju dan Koperasi Karya Tani, 26 kelompok simpan pinjam, 9 buah industri bahan bangunan dan 4 buah industri makanan.

Kelompok tani HKm di wilayah Desa Lantan secara keseluruhan berjumlah 19 kelompok dengan total anggota sebanyak 450 orang. Secara kelembagaan, keenam belas kelompok tani HKm tersebut bernaung di dalam wadah Majlis Ta’lim Darus-Shidiqien Lantan Desa Lantan. Oleh karena itu, pengelolaan HKm di Desa Lantan secara operasional dibawah kendali Majlis Ta’lim Darus-Sidiqien Lantan Desa Lantan dengan diberikannya IUPHKm oleh Bupati Lombok Tengah. Gambaran umum mengenai anggota kelompok tani HKm Desa Lantan disajikan pada tabel berikut.


Secara keseluruhan dari areal kerja lahan HKm Desa Lantan seluas 217,5 ha berada pada wilayah hutan dengan fungsi lindung (hutan lindung). Dalam penataan areal kerja, lahan HKm tersebut dibagi menjadi 19 kelompok/blok.

Deskripsi mengenai potensi areal keja lahan HKm seluas 217.5 ha memuat data dan informasi mengenai jumlah dan ragam baik tanaman kayu maupun bukan kayu dari masing-masing penggarap di lahan kelola HKm saat ini. Secara detail informasi tentang jumlah dan ragam tanaman kayu maupun bukan masing-masing penggarap disajikan dalam tabel dibawah ini.

Wilayah kelola HKm KSU Mele Maju Desa Lantan seluas 349 ha berada dalam kawasan hutan lindung. Oleh sebab itu, usaha hasil hutan kayu tidak menjadi orientasi atau fokus usaha bagi petani HKm maupun KSU Mele Maju tetapi yang dilakukan adalah menjaga keberadaan tanaman atau tegakan kayu di lahan HKm baik yang tumbuh secara alami maupun ditanam oleh petani HKm untuk tetap dipertahankan keberadaannya. Tanaman kayu yang ada dilahan HKm dimanfaatkan keberadaannya untuk ; (1) menjaga kesuburan tanah, (2) mengatur fungsi tata air, (3) sebagai tempat panjatan bagi tanaman yang tumbuh merambat, (4) menjaga iklim mikro, serta (5) mencegah terjadinya erosi.

Fokus utama pengelolaan HKm Desa Lantan yang berada di kawasan hutan lindung adalah mengoptimalkan pemanfaatan lahan HKm dengan menanam berbagai jenis tanaman MPTs dan buah - buahan serta tanaman merambat disamping tetap menjaga keberadaan tegakan kayu yang ada. Pengembangan usaha hasil hutan bukan kayu yang rencananya akan dikembangkan oleh kelembagaan petani HKm Lantan melalui wadah KSU Mele Maju kedepannya adalah menjadikan Desa Lantan sebagai obyek ”agrowisata buah-buahan”. Berdasarkan data potensi yang ada, hasil hutan bukan kayu yang cukup dominan di lahan HKm Desa Lantan, diantaranya ; (1) pisang, (2) durian, (3) nangka, (4) kopi, (5) coklat, (6) alpokat, (7) nangka, (8) rambutan.

Dalam areal kerja HKm Desa Lantan seluas 349 ha, terdapat mata air yang letaknya di tengah-tengah antara mowun dan orong pakis yang tidak pernah kering sepanjang tahun tetapi keberadaannya belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Selama ini air dari mata air tersebut mengalir ke Kali Babak. Selain itu, tidak jauh dari lokasi mata air ini tepatnya dibawah PAL terdapat dataran yang cukup luas dan datar seluas ± 10 ha yang dikelilingi oleh tebing-tebing yang indah dan disisi yang lain ada kali yang melintas.

Areal HKm ini juga masih dihuni oleh hewan liar seperti kera hitam dan ayam hutan dan beberapa jenis burung sehingga sangat potensial untuk dikembangkan ekowisata dan juga menjadi jalur treking menuju Gunung Rinjani, dengan rute masuk melalui pintu HGU menuju areal HKm Orong Keroncong terus keatas tembus ke areal HKm Pondok Sentul sampai ke wilayah Taman Nasional Gunung Rinjani.

Pemanfaatan kawasan yang akan dilakukan kedepan berdasarkan kondisi status kawasan yang merupakan hutan lindung dan potensi hasil hutan di lahan HKm saat ini, usaha yang akan dikembangkan, meliputi ; (1) menjaga keberadaan tegakan kayu di masing-masing lahan petani HKm dan menanami kembali tanaman kehutanan di lahan HKm yang masih minim jumlah tanaman kayunya, (2) memelihara dengan intensif tanaman MPTs dan buah-buahan dengan melakukan pemangkasan dan penjarangan, serta (3) membudidayakan tanaman rambatan seperti vanili, sirih, empon-empon, dll dengan memanfaatkan tegakan kayu sebagai media rambatan.
Secara rinci kegiatan pengembangan usaha pengelolaan HKm Desa Lantan selama 35 tahun disajikan dalam bentuk matriks dibawah ini.

Selaku pemegang IUPHKm, KSU Mele Maju akan melakukan berbagi upaya perlindungan hutan untuk mendukung terwujudnya pengelolaan HKm yang berkelanjutan. Kegiatan - kegiatan perlindungan hutan dalam wilayah kelola HKm seluas 349 ha yang akan dilakukan, antara lain :
 Mengatur kembali komposisi dan pola tanam
 Membentuk kelompok pembibitan
 Melakukan kegiatan penanaman khususnya tanaman kayu dan MPTs di lahan-lahan HKm yang masih terbuka
 Mengintensifkan kegiatan pemeliharaan (pemangkasan, penjarangan, penyulaman)
 Pembuatan jalan setapak ke masing-masing blok
 Membuat blok perlindungan dan blok budidaya
 Membentuk kelompok pengaman hutan
 Pengelolaan habitat secara ex-situ dan in-situ

Berdasarkan kondisi kelembagaan kelompok tani HKm saat ini, KSU Mele Maju sebagai wadah yang menaungi pengelolaan HKm di Desa Lantan akan melakukan beberapa upaya dalam rangka penguatan kelembagaan tani HKm, diantaranya :
 Merekstrukturisasi organisasi kelompok tani HKm dan menyusun awiq-awiq tentang pengelolaan HKm secara partisipatif
 Melaksanakan pertemuan rutin setiap bula di tingkat kelompok
 Membangun sekretariat gabungan kelompok HKm
 Mengembangkan aturan gabungan kelompok HKm
 Menyelenggarakan pelatihan pembukuan, managemen dan dinamika kelompok
 Membentuk asosiasi gabungan HKm di tingkat kawasan
 Mendorong legalitas gabungan kelompok HKm
 Melakukan monitoring dan evaluasi kelompok tani HKm secara periodik
 Mengembangkan kelembagaan kelompok tani HKm
 Mendorong terbentuknya asosiasi pemegang IUPHKm
 Merumuskan aturan asosiasi

Ahmad Syiaruddin; GAMBARAN UMUM HKm DESA LANTAN,BATUKLIANG UTARA, LOMBOK TENGAH,NTB

PROFIL HKm DESA LANTAN KECAMATAN BATUKLIANG UTARA KABUPATEN LOMBOK TENGAH-NTB

Desa Lantan masuk dalam wilayah Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah. Desa Lantan merupakan desa dengan tipologi “desa sekitar hutan”, hal ini mengindikasikan bahwa ; (1) luas keseluruhan wilayah administrative Desa Lantan didominasi oleh kawasan hutan, dan (2) tingkat ketergantungan serta interaksi masyarakatnya terhadap hutan cukup tinggi. Adapun luas kawasan hutan di wilayah Desa Lantan mencapai 7.688,37 ha terdiri dari hutan lindung seluas 7.252,37 ha, hutan produksi 276 ha dan hutan konservasi seluas 160 ha.
Secara umum, tanah di wilayah DAS Dodokan sebagian besar bahan maupun sifat-sifatnya dipengaruhi oleh aktivitas Gunung Rinjani. Hasil letusan Gunung Rinjani terbagi dalam dua golongan besar yaitu berupa bahan halus (lapili) dan bahan kasar (bom). Sifat kemasaman kedua bahan tersebut intermedier hingga basa.

Adapun jenis tanah di wilayah HKm Lantan seluas 349 ha yang berada di wilayah DAS Dodokan, didominasi secara berurutan yaitu; (1) Mediteran Coklat Kemerahan seluas 273 ha dan (2) Mediteran Coklat seluas 76 ha.
Kondisi penutupan lahan di lokasi HKm Desa Lantan Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah seluas 349 ha yang berada di Kawasan Hutan Lindung Rinjani RTK - 1 masuk dalam kategori jenis penutupan lahannya adalah hutan lahan kering sekunder.

Masyarakat yang mendiami Desa Lantan berdasarkan data Profil Desa Lantan Tahun 2007 berjumlah 5.036 jiwa atau 1.870 KK, dari jumlah tersebut kaum perempuan di Desa Lantan jumlahnya 2.610 jiwa bandingkan dengan kaum laki-laki sebanyak 2.426 jiwa. Hal ini menunjukkan jumlah kaum perempuan di Desa Lantan lebih banyak daripada kaum laki-laki dengan perbandingan sex ratio 1 : 1,08. Berdasarkan pengelompokkan kelas umur, jumlah penduduk Desa Lantan yang berumur antara 15 - 55 tahun merupakan kelompok terbanyak yaitu 3.942 jiwa yang artinya 78,28% penduduk Desa Lantan sedang berada pada usia produktif kemudian diikuti sebanyak 812 jiwa (16,12%) berada pada kelompok umur < 15 tahun dan terakhir sebanyak 282 jiwa (5,6%) berada pada kelompok umur > 55 tahun. Melihat proporsi seperti ini, dapat dikatakan bahwa komposisi penduduk seperti ini merupakan beban pembangunan yang relative berat, antara lain dalam hal pendidikan dan penyediaan lapangan kerja. Sedikitnya proporsi penduduk yang cukup berumur juga dapat menjadi indikasi atas rendahnya harapan hidup masyarakat Desa Lantan.

Sebagian besar penduduk Desa Lantan bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani. Selain itu, penduduk Desa Lantan juga ada yang menjadi pedagang, pengrajin dan pegawai negeri.

Kondisi dan keberadaan sarana prasarana ekonomi di Desa Lantan masih dapat dikatakan minim. Hal tersebut dapat dimaklumi mengingat Desa Lantan yang merupakan desa pinggiran hutan yang identik jauh dari pusat pemerintahan sehingga kegiatan pembangunan terutama di sektor ekonomi agak tertinggal dibandingkan dengan desa-desa yang jaraknya relatif dekat dengan pusat pemerintahan. Sebagai gambaran, sampai dengan saat ini Desa Lantan belum memiliki pasar tradisional dan juga keberadaan bank yang sebenarnya kedua sarana prasarana ekonomi ini memiliki andil yang sangat besar dalam menggeliatkan aktivitas ekonomi di wilayah pedesaan. Adapun sarana prasarana ekonomi yang ada di Desa Lantan, antara lain ; koperasi sebanyak 2 yaitu KSU Mele Maju dan Koperasi Karya Tani, 26 kelompok simpan pinjam, 9 buah industri bahan bangunan dan 4 buah industri makanan.

Kelompok tani HKm di wilayah Desa Lantan secara keseluruhan berjumlah 19 kelompok dengan total anggota sebanyak 450 orang. Secara kelembagaan, keenam belas kelompok tani HKm tersebut bernaung di dalam wadah Majlis Ta’lim Darus-Shidiqien Lantan Desa Lantan. Oleh karena itu, pengelolaan HKm di Desa Lantan secara operasional dibawah kendali Majlis Ta’lim Darus-Sidiqien Lantan Desa Lantan dengan diberikannya IUPHKm oleh Bupati Lombok Tengah.

Secara keseluruhan dari areal kerja lahan HKm Desa Lantan seluas 217,5 ha berada pada wilayah hutan dengan fungsi lindung (hutan lindung). Dalam penataan areal kerja, lahan HKm tersebut dibagi menjadi 19 kelompok/blok.


Deskripsi mengenai potensi areal keja lahan HKm seluas 217.5 ha memuat data dan informasi mengenai jumlah dan ragam baik tanaman kayu maupun bukan kayu dari masing-masing penggarap di lahan kelola HKm saat ini.

Wilayah kelola HKm KSU Mele Maju Desa Lantan seluas 349 ha berada dalam kawasan hutan lindung. Oleh sebab itu, usaha hasil hutan kayu tidak menjadi orientasi atau fokus usaha bagi petani HKm maupun KSU Mele Maju tetapi yang dilakukan adalah menjaga keberadaan tanaman atau tegakan kayu di lahan HKm baik yang tumbuh secara alami maupun ditanam oleh petani HKm untuk tetap dipertahankan keberadaannya. Tanaman kayu yang ada dilahan HKm dimanfaatkan keberadaannya untuk ; (1) menjaga kesuburan tanah, (2) mengatur fungsi tata air, (3) sebagai tempat panjatan bagi tanaman yang tumbuh merambat, (4) menjaga iklim mikro, serta (5) mencegah terjadinya erosi.

Fokus utama pengelolaan HKm Desa Lantan yang berada di kawasan hutan lindung adalah mengoptimalkan pemanfaatan lahan HKm dengan menanam berbagai jenis tanaman MPTs dan buah - buahan serta tanaman merambat disamping tetap menjaga keberadaan tegakan kayu yang ada. Pengembangan usaha hasil hutan bukan kayu yang rencananya akan dikembangkan oleh kelembagaan petani HKm Lantan melalui wadah KSU Mele Maju kedepannya adalah menjadikan Desa Lantan sebagai obyek ”agrowisata buah-buahan”. Berdasarkan data potensi yang ada, hasil hutan bukan kayu yang cukup dominan di lahan HKm Desa Lantan, diantaranya ; (1) pisang, (2) durian, (3) nangka, (4) kopi, (5) coklat, (6) alpokat, (7) nangka, (8) rambutan.

Dalam areal kerja HKm Desa Lantan seluas 349 ha, terdapat mata air yang letaknya di tengah-tengah antara mowun dan orong pakis yang tidak pernah kering sepanjang tahun tetapi keberadaannya belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Selama ini air dari mata air tersebut mengalir ke Kali Babak. Selain itu, tidak jauh dari lokasi mata air ini tepatnya dibawah PAL terdapat dataran yang cukup luas dan datar seluas ± 10 ha yang dikelilingi oleh tebing-tebing yang indah dan disisi yang lain ada kali yang melintas.

Areal HKm ini juga masih dihuni oleh hewan liar seperti kera hitam dan ayam hutan dan beberapa jenis burung sehingga sangat potensial untuk dikembangkan ekowisata dan juga menjadi jalur treking menuju Gunung Rinjani, dengan rute masuk melalui pintu HGU menuju areal HKm Orong Keroncong terus keatas tembus ke areal HKm Pondok Sentul sampai ke wilayah Taman Nasional Gunung Rinjani.

Pemanfaatan kawasan yang akan dilakukan kedepan berdasarkan kondisi status kawasan yang merupakan hutan lindung dan potensi hasil hutan di lahan HKm saat ini, usaha yang akan dikembangkan, meliputi ; (1) menjaga keberadaan tegakan kayu di masing-masing lahan petani HKm dan menanami kembali tanaman kehutanan di lahan HKm yang masih minim jumlah tanaman kayunya, (2) memelihara dengan intensif tanaman MPTs dan buah-buahan dengan melakukan pemangkasan dan penjarangan, serta (3) membudidayakan tanaman rambatan seperti vanili, sirih, empon-empon, dll dengan memanfaatkan tegakan kayu sebagai media rambatan.

Selaku pemegang IUPHKm, KSU Mele Maju akan melakukan berbagi upaya perlindungan hutan untuk mendukung terwujudnya pengelolaan HKm yang berkelanjutan. Kegiatan - kegiatan perlindungan hutan dalam wilayah kelola HKm seluas 349 ha yang akan dilakukan, antara lain :
 Mengatur kembali komposisi dan pola tanam
 Membentuk kelompok pembibitan
 Melakukan kegiatan penanaman khususnya tanaman kayu dan MPTs di lahan-lahan HKm yang masih terbuka
 Mengintensifkan kegiatan pemeliharaan (pemangkasan, penjarangan, penyulaman)
 Pembuatan jalan setapak ke masing-masing blok
 Membuat blok perlindungan dan blok budidaya
 Membentuk kelompok pengaman hutan
 Pengelolaan habitat secara ex-situ dan in-situ

Berdasarkan kondisi kelembagaan kelompok tani HKm saat ini, KSU Mele Maju sebagai wadah yang menaungi pengelolaan HKm di Desa Lantan akan melakukan beberapa upaya dalam rangka penguatan kelembagaan tani HKm, diantaranya :
 Merekstrukturisasi organisasi kelompok tani HKm dan menyusun awiq-awiq tentang pengelolaan HKm secara partisipatif
 Melaksanakan pertemuan rutin setiap bula di tingkat kelompok
 Membangun sekretariat gabungan kelompok HKm
 Mengembangkan aturan gabungan kelompok HKm
 Menyelenggarakan pelatihan pembukuan, managemen dan dinamika kelompok
 Membentuk asosiasi gabungan HKm di tingkat kawasan
 Mendorong legalitas gabungan kelompok HKm
 Melakukan monitoring dan evaluasi kelompok tani HKm secara periodik
 Mengembangkan kelembagaan kelompok tani HKm
 Mendorong terbentuknya asosiasi pemegang IUPHKm
 Merumuskan aturan asosiasi

Sabtu, 19 Juni 2010

INFORMASI PERTANIAN TERPADU SMART


KOMPOS AROMA BUAH

Jadilah, sebuah terobosan dilakukan. Yang menarik, cara pembuatannya cuma menggunakan Rumus 1, 2, 3. Begini caranya:

1. Siapkan 1 kilogram buah yang telah dirajang.
2. Siapkan juga 2 ons gula merah.
3. Siapkan pula 3 liter air.
4. Campurkan gula merah dan air tersebut dan masukkan ke dalam komposter.
5. Sementara, buah yang sudah dirajang dimasukkan ke dalam plastik yang sudah dibolongi lalu diikat atau dirapatkan.
6. Masukkan plastik berisi buah tersebut ke dalam komposter yang sudah terisi air gula merah lalu tutup wadah komposter itu.
7. Jangan lupa, setiap 3 kali sehari, campuran di komposter harus diaduk.
8. Dalam waktu satu bulan kompos cair aroma buah sudah bisa dipanen.
Kompos itu kalau sudah jadi akan mengeluarkan buih putih.
PERAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH
Permaslahan sampah di negeri kita ini semakon menuntut penanaganan yang serius, karena menurut pengamatan telah mencapai kondisi yang kritis.Tugas siapa sebenarnya..?
Jawabnya adalah tugas bersama, masyarakat dan pemerintah. Masyarakat sebagai sumber sampah yang paling kecil dihimbau untuk berperan secara aktif. peran masyarakat dapat dimulai dari diri sendiri, dapur sendiri, rumah sendiri, halaman sendiri dan jangan lupa ½ bahu jalan didepan rumah kita adalah kewajiban kita.
Kalau seluruh masyarakat berperan, tentu saja jumlah sampah yang timbul dapat ditekan sedemikian rupa.
Para pakar baik didalam maupun diluar negeri telah mengajak masyarakat untuk menerapkan prinsip 4R dalam aktivitas mengurangi volume sampah.
Bilamana prinsip 4R ini dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari maka kita pastikan bahwa kondisi persampahan di lingkuangan kita akan membaik.
Adapun penerapannya dimasyarakat membutuhkan waktu, penyuluhan yang serius terus menerus dan contoh-contoh agar mereka dapat berubah pola pikirannya, prilaku dan kebiasaan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Bila kesadaran di-masyarakat sudah timbul, maka penerapan Prinsip 4R itu juga mudah, maksudnya tidak menjadi beban.
Adapun Prinsip 4 R yang dimaksud adalah:
1. Reduce = Mengehat, mengurangi
2. Reuse = menggunakan kembali
3. Recycle = mendaur ulang
4. Replant = menanam kembali

Penerapan di masyarakat sebagai sumbang peran dalam penegolaan sampah dapat dimulai dengan menghemat pemakaian barang, mengurangi pemakaian plastic, membuat kompos sampah dapur kita sendiri dan sampah kebun dengan cara yang mudah dan murah. Kemudian mendaur ulang sampah kertas secara berkelompok ataupun perorangan.
Sampah dikelola, lingkungan akan bersih, hijau, indah, sehat dan nyaman untuk tempat tinggal.
Bersikaplah ramah terhadap alam dan alam akan menjaga kita dan prilaku bersih dan penuh tanggung jawab membuat hidup kita jadi lebih baik.
___*******__
PUPUK KOMPOS SUPER

PENDAHULUAN
Pupuk Kompos Super merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme.
Bahan dasar pembuatan kompos ini adalah kotoran sapi dan serbuk gergaji yang didekomposisi dengan bahan pemacu mikroorganisme dalam tanah (misalnya : stardec atau bahan sejenis) di tambah dengan bahan-bahan untuk memperkaya kandungan kompos super seperti : serbuk gergaji, abu dan kalsit/kapur.
Kotoran sapi dipilih karena selain tersedia banyak dipetani juga memiliki kandungan nitrogen dan potasium. Kotoran sapi merupakan kotoran ternak yang baik untuk kompos.
Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos super adalah proses pengubahan limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktifitas biologis pada kondisi yang terkontrol.
PROSES PEMBUATAN KOMPOS SUPER
1. Bahan yang diperlukan:
• Kotoran sapi : 80-83%
• Serbuk gergaji : 5%
• Bahan pemacu mikroorganisme : 0,25%
• Abu Sekam : 10%n
• Kalsit/Kapur : 2%
Boleh menggunakan bahan-bahan yang lain asalkan kotoran sapi minimal 40%, kotoran ayam maksimal 25%
2. Tempat
Sebidang tempat beralas tanah, ternaungi agar pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung.
3. Prosesing
- Kotoran sapi (faeses dan urine) diambil dari kandang dan ditiriskan selama satu minggu untuk mendapatkan kadar air mencapai ± 60%.

- Kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut kemudian dipindahkan ke lokasi, tempat pembuatan kompos super dan diberi serbuk gergaji, abu, kalsit/kapur dan stardec sesuai dosis dan seluruh bahan dicampur diaduk merata.

- Setelah .seminggu di lokasi I, tumpukan dipindahkan ke lokasi 2 dengan cara diaduk/ dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu sampai 70 °C untuk mematikan pertumbuhan biji gulma sehingga kompos super yang dihasilkan dapat bebas dari biji gulma.
- Seminggu kemudian dilakukan pembalikan untuk dipindahkan pada lokasi ke 3 dan dibiarkan selama satu minggu.
- Setelah satu minggu pada lokasi ke 3 kemudian dilakukan pembalikan untuk membawa pada lokasi ke 4. Pada tempat ini kompos super telah matang dengan warna pupuk coklat kehitaman bertekstur remah dan tidak berbau.
- Kemudian pupuk diayak/disaring untuk mendapatkan bentuk yang seragam serta memisahkan dare bahan yang tidak di harapkan (misalnya batu, potongan kayu, rafia) sehingga kompos super yang dihasilkan benar-benar berkualitas.
- Selanjutnya pupuk organik kompos super siap dikemas dan siap diaplikasikan ke lahan sebagai pupuk organik berkualitas pengganti pupuk kimia.
- Kandungan Kompos Super
ß Moisture/kelembaban 45%±5
ß TotaI N >l,8l%
ß P0205 >1,89%
ß K20 >1,96%
ß Ca0 >2,96%
ß Mg0 >0,70%
ß C/N Ratio Maks 16%
Manfaat Penggunaan Kompos Super pada Lahan Pertanian
I. Mampu menggantikan atau mengefektifkan penggunaan pupuk kimia (anorganik) sehingga biaya pembelian pupuk dapat ditekan.
2. bebas dari biji tanaman liar (gulma).
3. Tidak berbau dan mudah digunakan.
4. Menyediakan unsur hara yang seimbang dalam tanah.
5. Meningkatkan populasi mikroba tanah sehingga struktur tanah tetap gembur.
6. Memperbaiki derajat keasarnan (pH) tanah.
7. Meningkatkan produksi berbagai tanaman antara I0-30%.

Jumat, 18 Juni 2010

PETANI TEMBAKAU VIRGINIA LOMBOK; Ketika Senyum Itu Mulai Merekah

Perubahan iklim yang berimbas pada perubahan pola dan waktu tanam yang jampir secara keseluruhan terjadi secara umum di Pulau Lombok bahkan terjadi diseluruh Indonesia.
khusus di Pulau Lombok, hal ini menjadikan para petani tembakau virginia mengeluh dan selalu berharap keadaan iklim menjadi norma, menurut jadwal tanam pada pengalaman-pengalaman sebelumnya seharusnya mereka sudah secara serempak melakukan penanaman, tetapi karena curah hujan yang panjang menyebabkan pengolahan tanah/lahan menjadi tertunda, belaum lagi umur bibit yang sudah terlalu tua disamping banyak bibit tembakau virginia yang rusak.
banyak kasus petani yang harus menyemai/ sebar benih lagi untuk mengantisipasi jika nantinya musim hujan masih panjang.